Senin, 25 Januari 2016

makalah CTL

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang komlek dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik, guru, menejemen pendidikan, kurikulum fasilitas proses belajar mengajar dan lain sebagainya.salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru disekolah.
Dalam proses didalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal,otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfunsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, brilmu, kreatif.
Sesuai pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkan melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu cara yang dapat dipegunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah denagan menerapkan model-model pembelajaran CTL(Contektual Teaching and Learing)




B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana pengertian  pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning) ?
2.         Bagaimana penerapan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and Learning) ?
3.         Bagaimana Tujuan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and Learning) ?
4.         Bagaimana Strategi Pembelajaran CTL?
5.         Bagaimana ciri – ciri pembelajaran CTL ?
6.         Bagaimana Prinsip dasar Pembelajaran CTL?
7.         Bagaimana Skenario Pembelajaran CTL?
8.         Bagaimana Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran CTL?

C.       TUJUAN PEMBAHASAN.
1.         Mengetahui pengertian CTL (Contektual Teacing and Learning)
2.         Mengetahui penerapan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and Learning)
3.         Mengetahui Tujuan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and Learning)
4.        Mengetahui Strategi Pembelajaran CTL.
5.        Mengetahui Ciri – ciri Pembelajaran CTL
6.        Mengetahui Prinsipdasar CTL
7.        Mengetahui Skenario pembelajaran CTL
8.        Mengetahui Kelebihan dan kekurangan pemmbelajaran CTL.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning)
Kata  kontektual  berasal dari kata conteks yang berarti “ hubungan “atau pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada  proses  keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.[1] Secara umum contextual mengandung arti yang berkenan ,relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti kontek, yang membawa maksud, makna dan kepentingan.
 Dari konsep diatas tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami dalam pembelajaran CTL diantaranya yaitu :
1.    CTL (Contektual Teacing and Learning ) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses pembelajaran dalam kontek CTL tidak mengharap agar siswa hanya menerima pelajaran tetapi siswa mencari, menemukan sendiri materi pelajaran.
2.    CTL (Contektual Teacing and Learning ) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3.    CTL (Contektual Teacing and Learning ) mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya bukan hanya mengharap siswa memahami materi akan tetapi bagaimana materi dapat mewarnai kehidupan sehari-hari sebagai bekal kehidupan nyata.[2]
Pembelajaran kontektual tidak harus dilakukan didalam ruang kelas, tetapi bisa dilakukan di laboratorium,tempat kerja ,sawah atau tempat-tempat lainnya.Mengharuskan guru untuk pintar-pintar memilih serta mendesain lingkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik kontek pribadi,sosial, budaya, ekonomi,kesehatan serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan untuk mengkontroksi sendiri secara aktif.

B.       Komponen pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning)
Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya denagan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan kehidupan sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL yaitu[3]:
1.         Kontruktivisme
Contektual Teacing and Learning dibangun dalam landasan kontroktivisme yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan dibangu peserta didik secara sedikit demi sedikit dan hasilnya akan diperluas melalui kontek terbatas. Peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan baru secra bermakna melalui pengalaman nyata, muulai proses penemuan dan mentransformasi informasi kedalam situasi lain secara kontektual oleh karena itu proses pembelajaran merupakan proses mengkontruksi gagasan dengan setrateginya sendiri bukan sekedar menerima pengetahuan. 
2.         Menemukan (Inquiri)
Setrategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) dimana peserta didik berusaha mengamati, memahami, menganalisa sebuah fenomena mngajukan dugaan sementara, dan sampai pada merumuskan konsep sendiri sebagai simpulan, baik secara individu maupun kelompok.
3.         Bertanya (questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik yang diawali dengan proses bertanya apa yang dilakukan peserta didik dalam kehidupan nyata yang bertuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, dan proses bertanya dilakukan denagan tujuan yaitu:
a.         Membangun perhatian
b.        Membangun minat
c.         Membangun sikap dan keingin tahuan.
d.        Membangun interaksi antar siswa yang satu dengan lainnya.
e.         Membangun interaksi antara siswa dengan guru.
f.         Membangun interaksi antara siswa dengan lingkungannya secara kontektual.[4]
4.        Masyarakat belajar( Learning Comunity)
Dalam komponen ini sebagai upaya penciptaan lingkungan yang kondusif, peserta didik bisa saling tukar pengalaman dengan orang lain,bekerja sama sehingga dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
5.         Pemodelan.
Dalam komponen ini menjelaskan perlunya berbagai model dalam pembelajaran sehingga bisa ditiru atau dipraktekan oleh peserta didik. Model ini disamping untuk menghilangkan kejenuhan peserta didik dalam belajar juga sebagai upaya memudahkan dan percepatan belajar sehingga cepat menemukan sebagai contoh. Seperti pembelajaran mawaris, jual beli (akad jual beli)
6.         Refleksi.
Komponen ini sebagai proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Penilaian yang benar adalah menilai apa yang seharusnya dinilai.Kemajuan belajar dinilai dari proses disamping penilaian hasil, artinya bahwa pada saat proses pembelajararan berlangsung pada saat itu pula penilaian diberikan.[5]
7.         Penilaian nyata.
Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek dilihat dari kemampuan anak setelah melaksanakan Praktek pembelajaran.

C.      Tujuan pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning)
Pembelajaran kontektual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan kepermasalahan lain dan dari satu kontek ke kontek lainnya. Transper dapat jugaterjadi didalam suatu kontek melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran.hasil pembelajaran kontektual diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan pengamatan serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang.[6]
Selain itu ada beberapa tujuan diantaranya yaitu :
1.         Model CTL bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkamateri dengan kontrk kehidupan sehari-hari.
2.         Agar siswa dalam belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu adanya pemahaman.
3.         Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4.         Melatih siswa agar dapat berfikir dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat.
5.         Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
6.         Agar sisawa secara individu  dapat menemukan dan mentransfer informasi dan dapat menjadikan informasi miliknya sendiri.
Dengan adanya tujuan pembelajaran CTL ini siwa lebih berperan sebagai sobyek (siwa lebih ditekankan untuk menggali sebuah materi,menemukan inspirasi baru berkaitan materi pembelajaran.Dan siswa tidak sekedar menjadi obyek didalam pembelajaran atau sebagai penerima materi yang disampaikan guru,tetapi siwa dilatih untuk memahami sebuah pembelajar yang nantinya bisa diterapkan di lingkungan sekitarnya.

D.       Skenario  pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara kontekstual antara lain: 
1.         Pembelajaran berbasis masalah
        Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan. 
2.         Menggunakan konteks yang beragam
        Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3.         Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
        Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial seyogyanya  dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal
4.         Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
        Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.
5.         Belajar melalui kolaborasi
        Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6.         Menggunakan penelitian autentik
        Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7.         Mengejar standar tinggi
Setiap sekolah seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan  Benchmarking dengan melakukan studi banding ke berbagai sekolah di dalam dan luar negeri.[7]
Kurikulum dan Pembelajaran yang didasarkan dengan skenario dibutuhkan setrategi pembelajaran harus disusun lima bentuk pembelajaran penting yaitu:[8]
a.         Mengaitkan.
 Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.
b.         Mengalami.
Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
c.         Menerapkan.
Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.
d.        Kerjasama.
Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini

E.     Ciri – ciri Pembelajaran  CTL
Ciri-ciri pembelajaran CTL adalah menekankan pada pemahaman konsep pemecahan masalah, siswa mengalami pembelajaran secara bermakna dan memahami IPA dengan penalaran, dan siswa secara aktif membangun pengetahuan dalam pengalaman dan pengetahuan awal dan banyak ditekankan pada penyelesaian masalah yang rutin.
Ciri-ciri pembelajaran CTL antara lain:[9]
1.    Adanya kerja sama antar semua pihak.
2.    Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem.
3.    Bermuara pada keragaman konteks kehidupan murid yang berbeda-beda.
4.    Saling menunjang.
5.    Menyenangkan tidak membosankan.
6.    Belajar dengan bergairah.
7.    Pembelajarn terintegrasi.
8.    Menggunakan berbagai sumber.
9.    Murid aktif.
10.  Sharing dengan teman.
11.  Murid kritis, guru kreatif.
12.  Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya murid   peta-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya.
13.  Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya murid, laporan hasil pratikum, karangan murid, dan sebagainya.

F.     Prinsip Dasar Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran kontekstual  adalah sebagai berikut:[10]
1.    Saling ketergantungan.
Prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.
2.    Diferensiasi,
yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat
3.    Pengaturan diri,
prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.
 Adapun menurut Sumiati dan Asra menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: [11]
1.      Menekankan pada pemecaham masalah.
2.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja.
3.      Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali.
4.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa.
5.      Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama.
6.       Menggunakan penilaian otentik.

G.    Menyusun Rencana Pembelajaran CTL
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1.    Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
2.    Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3.    Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4.    Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5.    Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
H.      Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL
Kelebihanya Adalah:[12]
1.         Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2.         Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami ”bukan” menghafal ”
Kelemahannya  Adalah
1.      Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama denga teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
2.      Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan denga kelompolnya.
3.      Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja sendiri. 
BAB III
PENUTUP

·         Kesimpulan.
1.    Kata  kontektual  berasal dari kata conteks yang berarti “ hubungan “atau pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada  proses  keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka
2.    Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya denagan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan kehidupan sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL yaitu Kontroktivisme, inquiri,bertanya,modeling,dll.
3.    Pembelajaran kontektual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan kepermasalahan lain dan dari satu kontek ke kontek lainnya.
4.    Skenario pembelajaran CTL diantaranya:
a.     Pembelajaran berbasis masalah
b.    Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
c.     Siswa sebagai sobyek dalam pembelajaran.
5.    Ciri – ciri Pembelajaran CTL Diantaranya Adanya kerja sama antar semua pihak, Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, Bermuara pada keragaman konteks kehidupan murid yang berbeda-beda, Saling menunjang, Menyenangkan tidak membosankan, Belajar dengan bergairah, Pembelajarn terintegrasi, Menggunakan berbagai sumber, Murid aktif, Sharing dengan teman. Murid kritis, guru kreati
6.     Dasar pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
a.       Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
b.      Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
c.       Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
d.      Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
7.    Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran CTL Diantaranya:
Kelebihanya:
a.       Pembelajaranya lebih bermakna dan riil
b.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme
Kelemahanya:
a.       Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama denga teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
b.      Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan denga kelompolnya.
c.       Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihan siswa yang lain dalam kelompoknya.
 






DAFTAR PUSTAKA.


Depdiknas, (2007), Panduan Pembelajaran Kontektual Sekolah Menengah Pertama, Jakarta:Depdiknas
Sanjaya, Wina,( 2005), Pembelajaran Dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Fajar Interpratama Offset.
            , (2009),  Setrategi Pembelajaran berorentasi Setandar Pendidikan, Jakarta:kencana.
Sumiati, Asra,(2008) Metode Pembelajaran, Bandung: CV, Wacana Prima
Suprijono, Agus,(2011), Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyadi,(2013)Strategi pembelajaran Pendidikan karakter, bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Kontruktivistik,  Jakarta: Perpustakaan nasional .
Yasin, Fatah,A. (2008), Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, UIN Malang: Pres.















[1] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Fajar Interpratama Offset, 2005), hlm. 114
[2] Wina Sanjaya, Setrategi Pembelajaran berorentasi Setandar Pendidikan, (jakarta:kencana, 2009), hlm. 256
[3] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Kontruktivistik, (Jakarta: Perpustakaan nasional, 2007), hlm. 103
[4] Ibid......hlm. 104
[5] A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (UIN Malang: Pres, 2008), hlm. 167-168
[6] Depdiknas, Panduan Pembelajaran Kontektual Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta:Depdiknas, 2007), hlm. 4
[7] Suyadi,Strategi pembelajaran Pendidikan karakter, (bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2013, hlm 81
[8] Ibid....hlm. 85
[9] Wanti Rohani, Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Untuk Pemecahan Masalah Berbasis CTL Di Kelas I SMU Negeri 5 Malang,(Malang: Uin Malang, 2002), hlm. 12
[10] Suprijono, Agus, Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 80-81
[11] Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV, Wacana Prima,2008), hlm. 18
[12] Ibid............hlm. 19