BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita
sedang membicarakan permasalahan yang komlek dan sangat luas. Mulai dari
masalah peserta didik, guru, menejemen pendidikan, kurikulum fasilitas proses belajar
mengajar dan lain sebagainya.salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam
dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru disekolah.
Dalam proses didalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak
untuk menghafal,otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik
yang ketika lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi mereka
miskin aplikasi.
Dalam sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan
nasional berfunsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, brilmu, kreatif.
Sesuai pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab
guru untuk mampu mewujudkan melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu
bermutu dan berkualitas. Salah satu cara yang dapat dipegunakan guru untuk
memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah denagan menerapkan
model-model pembelajaran CTL(Contektual Teaching and Learing)
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pengertian pembelajaran CTL (Contektual Teacing and
Learning) ?
2.
Bagaimana penerapan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and
Learning) ?
3.
Bagaimana Tujuan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and
Learning) ?
4.
Bagaimana Strategi Pembelajaran CTL?
5.
Bagaimana ciri – ciri pembelajaran CTL ?
6.
Bagaimana Prinsip dasar Pembelajaran CTL?
7.
Bagaimana Skenario Pembelajaran CTL?
8.
Bagaimana Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran CTL?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN.
1.
Mengetahui pengertian CTL (Contektual Teacing and Learning)
2.
Mengetahui penerapan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and
Learning)
3.
Mengetahui Tujuan pembelajaran CTL(Contektual Teacing and
Learning)
4.
Mengetahui Strategi Pembelajaran CTL.
5.
Mengetahui Ciri – ciri Pembelajaran CTL
6.
Mengetahui Prinsipdasar CTL
7.
Mengetahui Skenario pembelajaran CTL
8.
Mengetahui Kelebihan dan kekurangan pemmbelajaran CTL.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning)
Kata kontektual berasal dari kata conteks yang berarti “
hubungan “atau pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.[1]
Secara umum contextual mengandung arti yang berkenan ,relevan, ada hubungan
atau kaitan langsung, mengikuti kontek, yang membawa maksud, makna dan
kepentingan.
Dari konsep diatas tersebut
ada tiga hal yang harus kita pahami dalam pembelajaran CTL diantaranya yaitu :
1.
CTL (Contektual Teacing and Learning ) menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses pembelajaran dalam
kontek CTL tidak mengharap agar siswa hanya menerima pelajaran tetapi siswa
mencari, menemukan sendiri materi pelajaran.
2.
CTL (Contektual Teacing and Learning ) mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3.
CTL (Contektual Teacing and Learning ) mendorong siswa untuk
dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya bukan hanya mengharap siswa memahami
materi akan tetapi bagaimana materi dapat mewarnai kehidupan sehari-hari
sebagai bekal kehidupan nyata.[2]
Pembelajaran kontektual tidak harus dilakukan didalam ruang kelas,
tetapi bisa dilakukan di laboratorium,tempat kerja ,sawah atau tempat-tempat
lainnya.Mengharuskan guru untuk pintar-pintar memilih serta mendesain lingkungan
belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik kontek
pribadi,sosial, budaya, ekonomi,kesehatan serta lainnya, sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau ketrampilan untuk mengkontroksi sendiri secara aktif.
B.
Komponen pembelajaran CTL (Contektual
Teacing and Learning)
Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya denagan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan kehidupan
sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL yaitu[3]:
1.
Kontruktivisme
Contektual Teacing and Learning dibangun dalam landasan kontroktivisme yang memiliki anggapan bahwa
pengetahuan dibangu peserta didik secara sedikit demi sedikit dan hasilnya akan
diperluas melalui kontek terbatas. Peserta didik harus mengkontruksi
pengetahuan baru secra bermakna melalui pengalaman nyata, muulai proses
penemuan dan mentransformasi informasi kedalam situasi lain secara kontektual
oleh karena itu proses pembelajaran merupakan proses mengkontruksi gagasan
dengan setrateginya sendiri bukan sekedar menerima pengetahuan.
2.
Menemukan (Inquiri)
Setrategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered) dimana peserta didik berusaha mengamati, memahami, menganalisa sebuah
fenomena mngajukan dugaan sementara, dan sampai pada merumuskan konsep sendiri
sebagai simpulan, baik secara individu maupun kelompok.
3.
Bertanya (questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik yang diawali
dengan proses bertanya apa yang dilakukan peserta didik dalam kehidupan nyata
yang bertuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, dan proses bertanya
dilakukan denagan tujuan yaitu:
a.
Membangun perhatian
b.
Membangun minat
c.
Membangun sikap dan keingin tahuan.
d.
Membangun interaksi antar siswa yang satu dengan lainnya.
e.
Membangun interaksi antara siswa dengan guru.
f.
Membangun interaksi antara siswa dengan lingkungannya secara
kontektual.[4]
4.
Masyarakat belajar( Learning Comunity)
Dalam komponen ini sebagai upaya penciptaan lingkungan yang
kondusif, peserta didik bisa saling tukar pengalaman dengan orang lain,bekerja
sama sehingga dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
5.
Pemodelan.
Dalam komponen ini menjelaskan perlunya berbagai model dalam pembelajaran
sehingga bisa ditiru atau dipraktekan oleh peserta didik. Model ini disamping
untuk menghilangkan kejenuhan peserta didik dalam belajar juga sebagai upaya
memudahkan dan percepatan belajar sehingga cepat menemukan sebagai contoh.
Seperti pembelajaran mawaris, jual beli (akad jual beli)
6.
Refleksi.
Komponen ini sebagai proses pengumpulan data yang memberikan
gambaran perkembangan belajar peserta didik. Penilaian yang benar adalah
menilai apa yang seharusnya dinilai.Kemajuan belajar dinilai dari proses
disamping penilaian hasil, artinya bahwa pada saat proses pembelajararan
berlangsung pada saat itu pula penilaian diberikan.[5]
7.
Penilaian nyata.
Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek
dilihat dari kemampuan anak setelah melaksanakan Praktek pembelajaran.
C.
Tujuan pembelajaran CTL (Contektual
Teacing and Learning)
Pembelajaran kontektual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu
permasalahan kepermasalahan lain dan dari satu kontek ke kontek lainnya.
Transper dapat jugaterjadi didalam suatu kontek melalui pemberian tugas yang
terkait erat dengan materi pelajaran.hasil pembelajaran kontektual diharapkan
dapat lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan
melaksanakan pengamatan serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka
panjang.[6]
Selain itu ada beberapa tujuan diantaranya yaitu :
1.
Model CTL bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami materi
pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkamateri dengan kontrk kehidupan
sehari-hari.
2.
Agar siswa dalam belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu
adanya pemahaman.
3.
Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4.
Melatih siswa agar dapat berfikir dan terampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat.
5.
Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
6.
Agar sisawa secara individu
dapat menemukan dan mentransfer informasi dan dapat menjadikan informasi
miliknya sendiri.
Dengan adanya tujuan pembelajaran CTL ini siwa lebih berperan
sebagai sobyek (siwa lebih ditekankan untuk menggali sebuah materi,menemukan
inspirasi baru berkaitan materi pembelajaran.Dan siswa tidak sekedar menjadi
obyek didalam pembelajaran atau sebagai penerima materi yang disampaikan
guru,tetapi siwa dilatih untuk memahami sebuah pembelajar yang nantinya bisa
diterapkan di lingkungan sekitarnya.
D. Skenario pembelajaran CTL
Beberapa
strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara kontekstual
antara lain:
1.
Pembelajaran
berbasis masalah
Dengan
memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan.
2.
Menggunakan
konteks yang beragam
Dalam
CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa
menjadi berkualitas.
3.
Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa
perbedaan individual dan sosial seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin
penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan
ketrampilan interpersonal
4.
Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka
bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.
5.
Belajar melalui
kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa
yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan
sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6.
Menggunakan
penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa
belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan
pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7.
Mengejar
standar tinggi
Setiap sekolah
seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan studi banding ke
berbagai sekolah di dalam dan luar negeri.[7]
Kurikulum dan
Pembelajaran yang didasarkan dengan skenario dibutuhkan setrategi pembelajaran
harus disusun lima bentuk pembelajaran penting yaitu:[8]
a.
Mengaitkan.
Guru
menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan
pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa
memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di
sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah
mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah
terhadap permasalahan tersebut.
b.
Mengalami.
Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami.
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan
bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
c.
Menerapkan.
Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam
konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika
ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistik dan relevan.
d.
Kerjasama.
Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan
berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam
pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga
konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara
efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja
dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh
karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan
bekerja sama ini
E.
Ciri – ciri
Pembelajaran CTL
Ciri-ciri pembelajaran
CTL adalah menekankan pada pemahaman konsep pemecahan masalah, siswa mengalami
pembelajaran secara bermakna dan memahami IPA dengan penalaran, dan siswa secara
aktif membangun pengetahuan dalam pengalaman dan pengetahuan awal dan banyak
ditekankan pada penyelesaian masalah yang rutin.
Ciri-ciri pembelajaran CTL
antara lain:[9]
1. Adanya kerja sama antar semua pihak.
2. Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau
problem.
3. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan murid
yang berbeda-beda.
4. Saling menunjang.
5. Menyenangkan tidak membosankan.
6. Belajar dengan bergairah.
7. Pembelajarn terintegrasi.
8. Menggunakan berbagai sumber.
9. Murid aktif.
10. Sharing dengan teman.
11. Murid kritis, guru kreatif.
12. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan
hasil karya murid peta-peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya.
13. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor,
tetapi hasil karya murid, laporan hasil pratikum, karangan murid, dan
sebagainya.
F. Prinsip
Dasar Pembelajaran CTL
Pembelajaran
kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam
pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut:[10]
1. Saling
ketergantungan.
Prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan
suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai
komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara
fungsional.
2. Diferensiasi,
yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari
realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis
siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam
itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat
3.
Pengaturan diri,
prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi
yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks
keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.
Adapun menurut Sumiati dan Asra menjelaskan
secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: [11]
1.
Menekankan pada pemecaham masalah.
2.
Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti
rumah, masyarakat, dan tempat kerja.
3.
Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga
menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali.
4.
Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa.
5.
Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar
bersama-sama.
6.
Menggunakan penilaian
otentik.
G.
Menyusun Rencana Pembelajaran CTL
Dalam pembelajaran
kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan
dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessmennya.
Dalam konteks itu,
program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran
kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran
pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan
pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan
gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk
mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap
demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic
assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam
pembelajaran.
H. Kelebihan dan
Kekurangan Pembelajaran CTL
Kelebihanya Adalah:[12]
1.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami ”bukan” menghafal
”
Kelemahannya Adalah
1. Bagi siswa yang
tidak dapat mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang sama denga teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
2. Perasaan
khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus
menyesuaikan denga kelompolnya.
3. Banyak siswa
yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa
yang tekun merasa harus bekerja sendiri.
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan.
1.
Kata kontektual berasal dari kata conteks yang berarti “
hubungan “atau pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka
2.
Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya denagan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
menerapkan kehidupan sehari-hari,dengan melibatkan tujuh komponen utama dalam
pembelajaran CTL yaitu Kontroktivisme,
inquiri,bertanya,modeling,dll.
3.
Pembelajaran kontektual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu
permasalahan kepermasalahan lain dan dari satu kontek ke kontek lainnya.
4.
Skenario pembelajaran CTL diantaranya:
a.
Pembelajaran
berbasis masalah
b.
Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri
c.
Siswa sebagai
sobyek dalam pembelajaran.
5.
Ciri – ciri
Pembelajaran CTL Diantaranya Adanya kerja sama antar
semua pihak, Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, Bermuara
pada keragaman konteks kehidupan murid yang berbeda-beda, Saling menunjang,
Menyenangkan tidak membosankan, Belajar dengan bergairah, Pembelajarn
terintegrasi, Menggunakan berbagai sumber, Murid aktif, Sharing dengan teman. Murid
kritis, guru kreati
6.
Dasar pokok dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan kegiatan
pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan
gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
b. Rincilah media untuk
mendukung kegiatan itu.
c. Buatlah skenario tahap
demi tahap kegiatan siswa.
d. Nyatakan authentic
assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam
pembelajaran.
7. Kelebihan dan
kekurangan Pembelajaran CTL Diantaranya:
Kelebihanya:
a. Pembelajaranya lebih
bermakna dan riil
b. Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme
Kelemahanya:
a. Bagi siswa yang
tidak dapat mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang sama denga teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
b. Perasaan
khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus
menyesuaikan denga kelompolnya.
c. Banyak siswa
yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa
yang tekun merasa harus bekerja melebihan siswa yang lain dalam kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA.
Depdiknas, (2007), Panduan Pembelajaran Kontektual Sekolah
Menengah Pertama, Jakarta:Depdiknas
Sanjaya, Wina,( 2005), Pembelajaran Dalam Iplementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi, Bandung: Fajar Interpratama Offset.
, (2009), Setrategi Pembelajaran berorentasi
Setandar Pendidikan, Jakarta:kencana.
Sumiati,
Asra,(2008) Metode Pembelajaran, Bandung: CV, Wacana Prima
Suprijono,
Agus,(2011), Cooperatif Learning,
Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suyadi,(2013)Strategi pembelajaran Pendidikan karakter, bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi
Kontruktivistik, Jakarta:
Perpustakaan nasional .
Yasin,
Fatah,A. (2008), Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, UIN Malang:
Pres.
[1] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Fajar Interpratama Offset, 2005), hlm. 114
[2] Wina Sanjaya, Setrategi
Pembelajaran berorentasi Setandar Pendidikan, (jakarta:kencana, 2009), hlm.
256
[3] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi
Kontruktivistik, (Jakarta: Perpustakaan nasional, 2007), hlm. 103
[4] Ibid......hlm. 104
[5] A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (UIN Malang:
Pres, 2008), hlm. 167-168
[6] Depdiknas, Panduan Pembelajaran Kontektual Sekolah Menengah Pertama,
(Jakarta:Depdiknas, 2007), hlm. 4
[7] Suyadi,Strategi pembelajaran Pendidikan karakter, (bandung:PT.Remaja
Rosdakarya, 2013, hlm 81
[8] Ibid....hlm. 85
[9] Wanti Rohani, Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Untuk
Pemecahan Masalah Berbasis CTL Di Kelas I SMU Negeri 5 Malang,(Malang:
Uin Malang, 2002), hlm. 12
[10] Suprijono, Agus, Cooperatif
Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 80-81
[11] Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV, Wacana
Prima,2008), hlm. 18
[12] Ibid............hlm. 19